Senin, 26 September 2011

Burung-Burung Surga


Pada suatu hari ada seorang gadis pengidap kanker otak . gadis itu bernama Enjela. Setiap hari yang dilakukannya ialah membuat burung – burungan dari kertas dikamarnya yang terletak dilantai dua, setiap satu burung kertas itu selesai dibuatnya, Enjela selalu berkata “semoga suatu saat nanti ada seseorang yang bisa membawa ku terbang tinggi mengantar ku ke surga”setelah dia mengucapkan itu, burung kertas tadi dilemparkannya keluar jendela berharap burung kertas yang ia buat tadi terbang terbawa angin dan tak pernah jatuh, akan tetapi mana mungkin burung yang hanya terbuat dari kertas tipis seperti itu bisa bertahan di udara selama itu. Pada kenyataannya burung kertas itu selalu jatuh ke tanah.

Luis yang setiap paginya melewati rumah Enjela untuk berangkat sekolah merasa bingung, karena setiap pagi dia selalu menemukan burung-burung kertas bertebaran ditanah sekitar rumah Enjela.

“aneh...kenapa setiap pagi ada burung-burung kertas sebanyak ini di tanah” (ungkap Luis dalam hati)
Luis yang penasaran pun mengambil satu persatu burung-burungan kertas itu, sampai ada satu burung kertas lagi yang jatuh dari atas jendela. Luis yang terkejut pun spontan menoleh ke arah jendela, ternyata dari arah jendela ada seorang gadis cantik dengan wajah pucat pasi menerbangkan burung-burung kertas itu.
“jadi, gadis itu yang setiap hari menerbangkan burung kertas itu...tapiii, kenapa wajahnya murung dan pucat sekali...apakah dia sedang sakit?”
Enjela pun menyadari bahwa sedari tadi ia di pandangi seseorang dari luar rumah.
(Enjela tersenyum kecil pada Luis).
“HEEEEY SIAPA NAMAMU? APAKAH KAU BAIK-BAIK SAJA? (teriak Luis dari bawah)
Enjela hanya tersenyum kecil pada Luis dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
“kenapa ia tidak menjawab pertanyaanku, apa dia tidak mendengar ku” (bingung Luis)
Ke esokan harinya saat Luis melewati rumah Enjela. Luis terkejut karena melihat Enjela berdiri di depan rumahnya, yang seakan menunggunya lewat.
“kau! Sedang apa kau berdiri disini” (tanya Luis bingung)
“apa kita bisa bicara sebentar? (ajak Enjela pada Luis)
“ya tentu saja bisa..” (jawab Luis)
“kita bicara di halaman rumah ku saja ya, mari masuk”
“siapa namamu?” (tanya Luis sekaligus membuka perbincangan mereka berdua)
“panggil saja Enjela, kamu?” (tanya Enjela)
“nama ku Harry Sam Luis ...tapi kau boleh memanngil ku Luis”
“ooya...apakah aku boleh bertanya seuatu? (ungkap Luis)
“tentu boleh, mau tanya apa?”
“kenapa setiap pagi kau selalu membuat dan menerbangkan burung-burung kertas itu? Lalu kenapa wajah mu pucat sekali, apakah kau sedang sakit?” (tanya Luis)
Enjela langsung terkejut mendengar pertanyaan Luis. ia pun mencoba menjawabnya.
“ya...aku memang sedang sakit, aku mengidap kanker otak sejak usia 14 tahun. setiap pagi aku selalu membuat burung-burungan dari kertas dan menerbangkannya berharap mereka bisa terbang tinggi membawa harapan ku” (ungkap Enjela dengan nada suara yang sedikit gemetar karena menahan tangis)
“memangnya apa harapan mu?” (tanya Luis lagi)
“aku berharap ada seseorang yang bisa mendampingi ku dan membawa ku terbang tinggi mengantar ku kesurga.”(jawab Enjela)
“hey..kenapa kau bicara seperti itu.apa kau tidak ingin sembuh? kau harus melawan penyakit mu ituEnjela. (Luis pun menyemangati Enjela).
Enjela hanya tersenyum kecil pada Luis.
“Apa kau mau menyanyikan sebuah lagu untuk menghiburku ?”(pinta Enjela)
“baiklah, aku akan menyanyikan sebuah lagu untuk mu”(jawab Luis)
Luispun menyanyikan lagu PROUD yang berhasil membuat Enjela tersentuh. hari demi hari Luis selalu mengisi hidup Enjela dengan keceriaan.

sampai pada suatu hari Enjela mengajak Luis untuk pergi jalan-jalan.
“Luis...apa kau mau menggendong ku” (pinta Enjela)
“tentu saja, apa kau lelah...kau mau pulang?” (tanya Luis khawatir)
“tidak, kita jangan pulang...kita jalan-jalan saja ya...”(jawab Enjela dengan sedikit lemas)
“baiklah...”(jawab Luis)
“Luis,terima kasih ya”(ungkap Enjela)
“terima kasih..? kau berterimakasih untuk apa?” (tanya Luis heran)
“karena kau telah mengisi hari-hari ku dan kau telah membuat ku sangat bahagia..sekali lagi terima kasih Luis“
“aku tidak masalah kok...aku juga sangat senang bisa membuat wajah mu tersenyum kembali” (jawab Luis)
Dan tak berapa lama kemudian Enjela batuk dan mengeluarkan darah. Luis yang panik pun langsung berlari membawa Enjela ke rumah sakit terdekat. ketika sampai di rumah sakit dan diperiksa dokter pun lepas tangan terhadap penyakitnya itu.
“penyakitnya sudah terlalu parah, tidak ada gunannya kau membawanya kemari lebih baik kau bawa dia ke rumah sakit yang lain saja.”(ucap dokter itu pada Luis)
Luis pun bertambah bingung harus melakukan apa.
“Luis...bawa aku pergi dari tempat ini..”(pinta Enjela)
“ta...taa..tapi...”#tebata-bata#
“tak apa.. bawa saja aku keluar dari tempat ini aku mohon..”#memegang tangan Luis#
“baiklah..” (tak kuasa menahan kehendak Enjela)
Luis pun kembali menggendong Enjela di belakang pundaknya, dan saat mereka sedang berjalan, Enjela meminta kepada Luis untuk berhenti. Ternyata ia melihat ada sebuah studio foto, mereka berdua pun masuk kedalam studio foto itu dan sesampainya di dalam, ketika Luis dan Enjela hendak difoto tiba-tiba Enjela berkata
“Tunggu.....aku mau kami berdua difoto menggunakan baju pengantin seperti foto yang dipajang di dinding itu, boleh kan?”(pinta Enjela)
“hahh...?#terkejut# boo..boleh...tentu saja boleh...”(jawab Luis)
Dan mereka berdua pun nampak serasi di foto dengan menggunakan baju pengantin itu. Luis yang nampak sangat tampan mengenakan jas berwarna putih dan yeoja yang mengenakan gaun yang berwarna senada.
Selesainya mereka berfoto Enjela mengajak Luis ke bukit yang sering mereka kunjungi. mereka menamakan bukit itu bukit Harapan. walaupun jalannya menanjak dan melelahkan Luis tak mau berhenti melangkah sebelum sampai kepuncak.
“apakah kau lelah menggendong ku? Kalau kau lelah turunkan saja aku, aku bisa berjalan sendiri” (ucap Enjela khawatir Luis kelelahan)
“Tidak...aku tidak apa-apa kok...lagipula mana mungkin aku tega membiarkan mu berjalan, aku tidak mau terjadi sesuatu hal yang buruk menimpa mu..” (jawab Luis sambil terengah-engah).
Sesampainya mereka diatas bukit. Luis dan Enjela duduk di bawah pohon yang sangat besar dan rindang. Entah mengapa tiba-tiba Luis merasakan hal yang membuat persaannya gundah. ditambah lagi ia harus melihat Enjela yang mulai dicintainya itu sangat pucat dan lemas.

“apa kau baik-baik saja Enjela?”(tanya Luis sambil mengelus wajah Enjela)
“yaa...aku baik-baik saja (jawabnya sambil tersenyum)
Perlahan Enjela menaruh kepalanya kepundak Luis dan mulai menangis seakan tau bahwa ajal akan menjemputnya.
“Luis...Terima kasih karena kau telah membuat ku sangat bahagia di sisa akhir hidup ku, kau juga telah memenuhi impian ku.”(ucap Enjela dengan nada yang sangat lemas)
“Impian ? impian apa?”#bingung#
“apa kau ingat dengan burung-burung kertas yang sering ku buat?”
“yaa, aku masih ingat...”
“apa kau ingat juga dengan kata-kata ku sebelum menerbangkan burung-buurung kertas itu?”
“yaa...kau mengatakan bahwa kau mau ada seseorang yang mendampingi dan membawa mu terbang tinggi mengantarmu ke surga.”(jawab Luis sambil menangis)
“(tersenyum kecil) Luis....aku mencintaimu” (tiba-tiba Enjela menghembuskan nafas terakhirnya).
“aku juga sangat mencintaimu” (memeluk Enjela sambil menangis menerima kenyataan bahwa Enjela yang sangat di cintainya menghembuskan nafas terakhir di sisinya).

#END

Created By : Ara

0 komentar:

Posting Komentar